Pertalite Katanya Mengandung Etanol? Yuk, Kita Bahas dengan Santai dan Objektif!

Disclaimer:Artikel ini dibuat hanya untuk tujuan edukasi dan informasi publik. Tidak ada niat untuk merendahkan, menuduh, atau menyudutkan pihak mana pun, baik perusahaan, lembaga, maupun individu. Semua data diambil dari berbagai sumber terbuka dan disajikan secara netral serta mendidik agar masyarakat lebih paham soal bahan bakar yang mereka pakai setiap hari.

Belakangan Ini Ramai Soal Etanol di Pertalite, Sebenarnya Ada Apa Sih?

Beberapa waktu terakhir, dunia otomotif di Indonesia agak heboh gara-gara muncul kabar bahwa Pertalite diduga mengandung etanol.
Banyak yang langsung khawatir — “jangan-jangan bikin mesin rusak?” atau “kenapa nggak dikasih tahu dulu?”.

Padahal, kalau kita bahas pelan-pelan dan dari sisi ilmiah, ternyata ceritanya nggak seseram itu kok. Yuk, kita kupas tuntas tapi tetap santai.

Apa Itu Etanol, dan Kenapa Dicampur ke BBM?

Sebelum ngomongin Pertalite, kita kenalan dulu sama “pemeran utamanya”: etanol.
Etanol itu sebenarnya jenis alkohol yang bisa dibuat dari bahan alami seperti tebu, singkong, atau jagung. Karena asalnya dari tanaman, etanol disebut juga bahan bakar nabati alias bioetanol.

Negara-negara besar seperti Amerika, Brasil, dan Jepang sudah lama pakai campuran bensin dengan etanol. Biasanya mereka pakai jenis E10 (10% etanol + 90% bensin).
Tujuannya simpel banget:

  1. Bikin bensin lebih bersih saat dibakar, karena etanol bantu pembakaran lebih sempurna.

  2. Kurangi emisi karbon, jadi lebih ramah lingkungan.

  3. Kurangi ketergantungan dari minyak bumi — alias bantu energi terbarukan.

Terus, Benarkah Pertalite Mengandung Etanol?

Belakangan Ini Ramai Soal Etanol di Pertalite

Nah, ini dia sumber rame-nya.
Beberapa laporan media sempat bilang kalau bahan dasar (base fuel) yang dipakai untuk produksi Pertalite mengandung sekitar 3,5% etanol.
SPBU swasta seperti BP dan Vivo kabarnya sempat keberatan, karena mereka maunya bahan bakar murni supaya bisa bikin racikan sendiri.

Pertamina sendiri belum secara resmi bilang kalau Pertalite sekarang mengandung etanol. Tapi para pakar otomotif menilai, kalau pun benar ada campuran kecil (sekitar 3–5%), itu masih aman banget buat mesin kendaraan modern.

Apalagi, di Indonesia sudah ada aturan resmi dari Kementerian ESDM yang memperbolehkan campuran etanol sampai 20% (sesuai Permen ESDM No. 12 Tahun 2015). Jadi, kalau memang ada, kadar segitu masih jauh di bawah batas aman.

Pengaruh Etanol ke Mesin, Aman Nggak?

Nah, ini yang paling banyak ditanyain.
Jawabannya: aman-aman aja, asal kadar etanolnya kecil dan mobilnya modern.
Tapi biar jelas, yuk kita lihat dari dua sisi:

1. Kendaraan Modern (injeksi elektronik)

Mobil dan motor keluaran 2010 ke atas umumnya udah dirancang buat pakai bensin campur etanol (bahkan sampai 10%).
Jadi kalau cuma 3–5%, malah bisa bikin pembakaran lebih bersih dan performa sedikit meningkat. Kadang malah bikin mesin terasa lebih “enteng”.

2. Kendaraan Lama (karburator atau keluaran jadul)

Nah, buat motor atau mobil lama yang belum didesain pakai bahan campuran alkohol, mungkin perlu lebih hati-hati.
Etanol itu sifatnya mudah menyerap air (higroskopis), jadi kalau tangki sering kosong atau lembap, bisa timbul karat ringan. Selain itu, beberapa seal karet di kendaraan tua bisa lebih cepat aus.
Tapi ini nggak langsung bikin rusak, dan bisa diatasi dengan perawatan rutin serta isi bensin dari SPBU terpercaya.

Kelebihan dan Kekurangan Etanol di BBM

Aspek Kelebihan Kekurangan
Kinerja mesin Angka oktan naik, pembakaran lebih sempurna Sedikit menurunkan jarak tempuh per liter
Lingkungan Emisi gas buang lebih rendah Produksi besar butuh bahan baku pertanian
Ekonomi Dukung energi lokal, kurangi impor minyak Biaya produksi bioetanol masih mahal
Mesin lama Aman di kadar rendah Bisa timbul korosi kalau kadar tinggi dan jarang servis

Kata Para Ahli

Beberapa pakar energi dan otomotif bilang, menambahkan etanol sedikit di Pertalite itu bukan hal buruk. Malah bisa jadi cara murah buat naikin angka oktan (RON) tanpa perlu ubah bahan baku besar-besaran.

Tapi mereka juga sepakat, yang paling penting adalah transparansi.
Kalau memang ada campuran etanol, sebaiknya masyarakat dikasih tahu biar nggak salah paham.
Soalnya, sebagian orang masih nganggep “etanol = alkohol = bahaya”, padahal beda konteks banget antara alkohol minuman dan bioetanol untuk bahan bakar.

Kenapa SPBU Swasta Sempat Menolak?

SPBU seperti BP dan Vivo kabarnya sempat menolak base fuel dengan etanol karena:

  • Mereka punya standar sendiri dan lebih suka bahan bakar murni.

  • Ada kekhawatiran soal perbedaan margin dan spesifikasi produk.

  • Campuran etanol bisa memengaruhi perhitungan performa produk mereka.

Jadi, masalah ini lebih ke urusan standar bisnis dan teknis, bukan semata-mata soal bahaya untuk mesin.

Menuju Energi yang Lebih Hijau

Kalau dilihat dari sisi besar, penggunaan etanol sebenarnya langkah bagus.
Negara seperti Brasil udah lama pakai bensin campur etanol sampai 25% (E25) tanpa masalah besar.
Selain lebih ramah lingkungan, mereka juga bisa menghemat impor minyak dan bantu petani lokal karena bahan bakunya dari tanaman.

Jadi, kalau Indonesia bisa mengembangkan bioetanol dari singkong, tebu, atau limbah pertanian, ini justru jadi peluang besar buat ekonomi lokal dan energi bersih di masa depan.

Kesimpulan

Jadi, kalau kamu denger kabar bahwa Pertalite mengandung etanol, jangan langsung panik.
Kalau pun benar ada campuran kecil, itu masih dalam batas aman dan bahkan punya sisi positif untuk lingkungan.
Yang penting, Pertamina dan pemerintah perlu terbuka agar masyarakat tahu dengan jelas kandungan bahan bakar yang mereka gunakan.

Sebagai pengguna, kita cukup:

  • Rutin servis kendaraan,

  • Isi BBM di tempat resmi,

  • Dan nggak gampang termakan isu yang belum jelas sumbernya.

Dengan begitu, kendaraan tetap awet, dan kita ikut berperan dalam mendukung energi bersih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *